Hakikat Puasa Ramadhan Dalam Perspektif Tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183)

Hakikat Puasa Ramadhan Dalam Perspektif Tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183)

Menunaikan puasa Ramadhan merupakan ibadah yang wajib dikerjakan oleh umat islam atas perintah Allah SWT dalam melaksanakan rukun islam yang ketiga. Selain menahan rasa lapar dan haus dari terbit fajar hingga terbenam matahari, banyak sekali hakikat didalam melakukan puasa. Apa saja? Yuk, simak pembahasan hakikat puasa Ramadhan dalam perspektif tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183) yang wajib diketahui bagi umat muslim.

Baca Juga: 10 Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura, Umat Muslim Wajib Tahu 2023

Hakikat Puasa

Melaksanakan puasa Ramadhan maupun sunnah dapat dipastikan adanya hakikat puasa yang harus di ketahui oleh umat islam yang menjadi bagian dari syarat dalam berpuasa. Apabila kita sudah tahu arti hakikat puasa maka menunaikan ibadah puasa yang akan dikerjakannya dapat dilakukan secara ikhlas tanpa ingin dipuji orang lain.

Dengan begitu tentu, umat muslim akan selalu menjaga dan mentaati segala rukun dan sunnah puasa yang dapat dikerjakan agar mendapat pahala dari Allah SWT.

Hakikat Puasa Ramadhan

Hakikat puasa ramadhan Dalam Perspektif Tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183)

Berikut ini, beberapa hakikat puasa dalam perspektif tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183) yang harus diketahui oleh umat muslim, diantaranya:

Bertaqwa Kepada Allah SWT

Hakikat puasa bagi orang yang menjalankan yang pertama adalah bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan hakikat puasa ini telah dijelaskan dalam Al-quran surah Al-Baqarah ayat 183,:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Penjelasan ayat diatas banyak memiliki kandungan makna didalam kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Artinya, hakikat puasa bagi orang yang beriman untuk melaksanakan puasa Ramadhan hanya tertaqwa kepada Allah SWT.

Akhlak Mulia

Melansir dari berbagai sumber menyatakan bahwa hakikat puasa selain bertaqwa kepada Allah SWT tak lain yaitu membentuk akhlak mulia. Dimana, seorang muslim yang sedang menjalankan puasa berarti mereka sedang belajar mencegah melakukan perbuatan kurang baik, seperti perilaku tidak sopan, suka berbohong dan sebagainya.

Sehingga, ketika puasa penuh dengan ketenangan, berperilaku baik dan lainnya, maka Allah SWT akan menerima puasanya. Dengan begitu, kita sebagai umat islam sudah waktunya untuk selalu menjaga lisan, berperilaku baik dan mengerjakan kewajiban serta amalan sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Baca Juga: Hadits Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Ramadhan 2023

Menjadi Ahli Berpuasa

Adapun, hakikat puasa bagi orang yang menjalankan bisa dikatakan mereka menjadi ahli berpuasa dan mengikuti anjuran Rasulullah SAW. Seorang muslim ahli berpuasa tentunya akan diberikan tempat khusus di sruga dengan penuh kedamaian dan kesegaran oleh Allah SWT. Bahkan, pintu surga bagi ahli puasa tidak akan dimasuki oleh orang yang bukan ahlinya.

Dengan demikian, jika kita ingin masuk surga maka harus menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Kemudian, menguti jejak Rasulullah SAW dengan mengamalkan sebagai macam amalan sunnah yang telah dicontohkannya.

Menjaga lisan dan perbuatan

menjagal lisan dan perbuatan, Hakikat Puasa

Hakikat puasa yang selanjutnya untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, seperti memfitnah, berdusta, perkataan keji, mengumpat, provokasi dan sebagainya. Hal ini tentu dapat terhindar dari kebencian Allah SWT maupun orang lain.

Umat islam dianjurkan untuk tidak berbicara yang kurang bermanfaat selamat bulan puasa Ramadhan satu bulan penuh. Alangkah baiknya mengerjakan kegiatan ibadah yang bermanfaat, seperti membaca Al-quran, dzikir, bersedekah dan sebagainya. Dengan demikian, tentu kita dapat terhindar dari suatu yang bisa membatalkan puasa.

Pahala Puasa Ramadan

Selain itu, hakikat puasa yang berikutnya adalah berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan agar dapat pahala puasa Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist,:

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasanan didalam hadist tersebut seorang umat muslim yang telah mengerjakan amalam kebaikan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda hingga 700 kali lipat. Sedangkan, pahala orang yang telah berpuasa tentu bisa mendapatkan pahala yang tak terhingga. Mengapa? Karena, selama bulan puasa umat muslim telah berusaha meniggalkan segala hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah di Lathaif Al-Ma’arif mengatakan,

“Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.”

Nah, itulah pembahasan hakikat puasa Ramadhan dalam perspektif tasawuf (tafsir q.s al-baqarah 183) dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Baca Selanjutnya: 10 Keutamaan puasa muharram 2023, Lengkap Bacaan Niat Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharram

 

Leave a comment